Makalah Perkembangan Peserta Didik

 
KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK USIA REMAJA
Image result for uns

Disusun Guna Memenuhi Tugas Perkembangan Peserta Didik

Dosen Pengampu: Budi Wahyono S.Pd, M. Pd

Disusun Oleh:

KELOMPOK 3

Nama Anggota:

1.      Lelin Cindi Romadhony                                 (K7616038)
2.      Lilis Hanifah                                                   (K7616039)
3.      Muhammad Arif Sudarsono                           (K7616044)
4.      Noviana Dwi Saputri                                      (K7616049)
5.      Prabowo Ageng K                                          (K7616053)
6.      Refita Almohafizia                                         (K7616056)
7.      Wahyu Putri                                                    (K7616068)
8.      Warih Kusuma H                                            (K7616069)
9.      Widya Candra Dewi                                       (K7616070)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
April 2017







KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan kenikmatan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Perkembangan Peserta Didik ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga, sahabat, serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Makalah yang kami susun ini berjudul “Karakteristik Peserta Didik Usia Remaja.”
Dalam menyelesaikan makalah ini, penulis telah mendapat bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1.    Budi Wahyono S. Pd, M. Pd selaku dosen mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan penulis dalam penulisan makalah semakin bertambah dan hal itu sangat bermanfaat bagi penyusunan  skripsi kami di kemudian hari.
2.    Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah turut membantu sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat waktu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi perbaikan makalah ini selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap agar makalah ini mampu menambah informasi serta wawasan bagi kita semua.

Surakarta, 6 April 2017


Penulis







BAB I
PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang
Masa remaja ialah masa dimana seseorang akan mengalami perubahan dalam hidupnya baik secara fisik, kognitif, emosi, moral, sosial, dan kepribadian. Karakteristik remaja merupakan ciri khas yang ada pada diri seorang remaja dalam berbagai kondisi dan situasi, yang membedakan remaja satu dengan remaja yang lain. Karakteristik ini bisa berupa perubahan tinggi badan, berat badan, sifat dan karakter.
Guru di dalam dunia pendidikan sangat dituntut untuk memahami atau mengenali karakteristik dan kepribadian dari masing-masing peserta didiknya sehingga guru dapat memberikan perlakuan yang sesuai dengan tipe kepribadian peserta didik.
Makalah ini dibuat untuk membahas tentang perkembangan karakteristik remaja yang dapat dilihat dari aspek perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, moral dan kepribadian.

B.       Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan remaja?
2.      Apa saja karakteristik remaja?

C.       Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah adalah:
1.      Mengetahui pengertian remaja
2.      Mengetahui apa saja yang menjadi karakteristik remaja



BAB II
PEMBAHASAN

A.       Karakteristik Peserta Didik Usia Remaja
1.         Pengertian Remaja
a.    Remaja menurut hukum
Menurut Undang-Undang No 1 tahun 1974 tentang Perkawinan usia minimal untuk suatu perkawinan untuk putri 16 tahun dan putra 19 tahun. Pada usia tersebut mereka bukan dianggap lagi sebagai anak-anak karena dalam ilmu-ilmu sosial usia antara 16-22 tahun disejajarkan dengan pengertian remaja.
b.    Remaja ditinjau dari pertumbuhan fisik
Dari sudut fisik remaja dikenal sebagai suatu tahap dimana alat kelamin manusia mencapai kematangan. Pematangan fisik berjalan ± 2 tahun dimulai sejak masa haid perempuan dan sejak mimpi basah pada anak laki-laki. Masa ini dinamakan masa pubertas yang datangnya berbeda-beda tiap individu.
c.    Remaja menurut WHO
Menurut WHO, remaja adalah masa pertumbuhan dan perkembangan dimana indvidu mengalami :
1)   Menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder sampai saat mereka mencapai kematangan seksual.
2)   Mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa.
3)   Peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif mandiri.
d.   Remaja ditinjau dari faktor psikologis
Masa remaja adalah suatu masa perkembangan yang ditandai adanya proses perubahan dan kondisi “entropy” (suatu keadaan dimana kesadaran tentang pengetahuan dan perasaan manusia belum rapih sehingga belum berfungsi maksimal) ke kondisi “negentropy” (suatu keadaan dimana isi kesadaran tersusun dengan baik, pengetahuan yang satu terkait dengan perasaan atau sikap).

Batasan remaja Indonesia adalah usia 11 tahun sampai 24 tahun dan belum menikah dengan alasan:
1)   Usia 11 tahun umumnya sudah menunjukkan tanda-tanda kelamin sekunder.
2)   Menurut agama dan adat usia 12 tahun anak sudah aqil baligh.
3)   Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan perkembangan misalnya :
a)    Tercapai identitas diri
b)   Fase genital
c)    Tercapainya puncak perkembangan kognitif
4)   Pada usia 24 tahun masih banyak anak yang belum mandiri, masih menggantungkan pada orangtuanya.
2.         Karakteristik Remaja
a.         Perkembangan fisik
Masa remaja merupakan salah satu diantara dua masa rentangan kehidupan individu, dimana terjadi pertumbuhan fisik yang sangat pesat. Masa pertama yang terjadi pada fase pranatal dan bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu pada tahun-tahun permulaan kehidupan secara proporsional terlalu kecil, namun pada masa remaja proporsionalnya menjadi terlalu besar, karena terlebih dahulu mencapai kematangan daripada bagian-bagian yang lain. Dalam perkembangan seksualitas remaja, ditandai dengan dua ciri yairu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder.  Menurut Supriyadi (2010: 88 dan 92) Perubahan-perubahan itu seperti:
1)   Cepatnya pertumbuhan badan, hal ini berakibat tinggi dan berat badan meningkat secara menyolok.
2)   Semakin berkembangnya gonat, kelenjar kelamin.
3)   Berkembangnya karakteristik-karakteristik kelamin sekunder perkembangan ini tampak pada perubahan alat kelamnin dan buah dada, pertumbuhan rambut pada alat kelamin, pada muka dan bagian tubuh lain.
4)   Perubahan komposisi badan, khususnya jumlah dan distribusi lemak dan otot.
5)   Perubahan dalam sistem peredaran darah dan pernafasan yang menyebabkan bertambahnya kekuatan dan ketahanan tubuh.
6)   Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.
Perubaahan tersebut membawa implikasi terhadap pendidikan dan pembelajaran dimana guru diharapkan agar memperhatikan hal-hal berikut ini:
1)   Menerapkan model pembelajara yang memisahkan peserta didik perempuan dan laiki-laki ketika membahas topik-topik yang berkenaan dengan anatomi dan fisiologi.
2)   Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyalurkan hobi dan minat melalui kegiatan yang positif.
3)   Menerapkan pendekatan pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual atau kelompok kecil.
4)   Meningkatkan kerja sama dengan orangtua dan masyarakat untuk mengembangkan potensi peserta didik.
5)   Tampil menjadi teladan yang baik bagi peserta didik.
6)   Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk belajar bertanggung jawab.         
b.        Perkembangan kognitif dan intelektual
Menurut Piaget, masa remaja sudah mencapai tahap operasi formal (operasi artinya kegiatan-kegiatan mental tentang berbagai gagasan). Remaja secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Keating (Adam & Gullotta) dalam chasiyah, dkk (2009:44) merumuskan lima hal pokok yang berkaitan dengan perkembangan berpikir operasi formal yaitu sebagai berikut:
1)   Berlainan dengan cara berpikir anak-anak yang tekanannya kepada kesadaran sendiri disini dan sekarang (here-andow), cara berpikir remaja berkaitan erat dengan dunia kemungkinan dimana remaja sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi dan dapat membedakan antara yang nyata dan konkrit dengan yang sbtrak.
2)   Melalui kemampuannya untuk menguji hipotesis, muncul kemampuan nalar secara ilmiah.
3)   Remaja dapat memikirkan tentang masa depan dengan membuat perencanaan dan mengeksplorasi berbagai kemugkinan untuk mencapainya.
4)   Remaja menyadari tentang aktivitas kognitif dan mekanisme yang membuat proses kognitif itu efisien atau tidak efisien, serta menghabiskan waktunya untuk mempertimbangkan pengaturan kognitif internal tentang bagaimana dan apa yang harus dipikirkannya. Dengan demikian, intropeksi menjadi bagiannya sehari-hari.
5)   Berpikir operasi formal memungkinkan terbukanya topik-topik baru, dan ekspansi (perluasan) berpikir lebih luas bisa meliputi aspek agama, keadilan, moralitas, dan identitas.
Implikasi dari pendidikan operasi formal adalah perlunya disiapkan program pendidikan atau bimbingan yang memfasilitasi perkembangan kemampuan berpikir siswa (remaja). Upaya yang dapat dilakukan, seperti:
a)    Penggunaan metode mengajar yang mendorong anak untuk aktif bertanya, mengemukakan gagasan, atau mengujicobakan suatu materi.
b)   Melakukan dialog, diskusi, atau curah pendapat dengan siswa tentang amsalah-masalh sosial atau berbagai aspek kehidupan seperti agama, etika pergaulan dan pacaran, politik,lingkungan hidup, bahayanya minuman keras, dan obat-obatan terlarang.    
c.         Perkembangan Emosi
Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi. Pertumbuhan fisik, terutama organ-organ seksual mempengaruhi perkembangan emosi atau perasaan-perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, seperti perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan lebih intim dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial, emosinya bersifat negatif dan tempramental. Sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.
Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Proses pencapaiannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosio-emosional lingkungannya, terutama lingkungan keluarga dan kelompok teman sebaya. Apabila lingkungan tersebut cukup kondusif artinya kondisi tersebut diwarnai oleh hubungan harmonis, saling mempercayai, saling menghargai, dan penuh tanggung jawab, maka remaja cenderung dapat mencapai kematangan emosionalnya. Sebaliknya apabila kurang dipersiapkan untuk memahami peran-perannya dan kurang mendapatkan perhatian serta kasih sayang dari orang tua dan pengakuan teman sebaya, mereka cenderung akan mengalami kecemasan, perasaan tertekan atau ketidaknyamanan emosionalnya tidak sedikit remaja yang menghadapi hal tersebut dengan reaksi secara depensif seperti: pertama, agresif (melawan keras kepala, bertengkar, berkelahi dan sering mengganggu) kedua, melarikan diri dari kenyataan (pendiam, melamun, senang menyendiri, dan meminum-minuman keras atau obat-obatan terlarang).
d.        Perkembangan Sosial
Pada masa remaja berkembang “sosial cognition” yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Remaja memahami orang lain sebagai individu yang unik, baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaannya. Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan atau pacaran. Dalam hubungan persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, baik menyangkut interes, sikap, nilai, dan kepribadian.
Pada masa ini juga berkembang sikap “comfomity” yaitu kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti oponi, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobi) atau keinginan orang lain (teman sebaya). Apabila kelompok teman sebaya yang diikuti atau diimitasinya itu menampilkan sikap dan perilaku yang setara moral atau agama dapat dipertanggung jawabkan, seperti kelompok remaja yang taat ibadah, memiliki budi pekerti yang luhur, rajin belajar dan aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, maka kemungkinan besar remaja tersebut akan menampilkan pribadinya yang baik. Sebaliknya, apabila kelompoknya itu menampilkan sikap dan perilaku yang melanggar nilai-nilai moral, maka sangat dimungkinkan remaja akan menampilkan perilaku seperti kelompoknya tersebut.
e.         Perkembangan Moral
Pada masa ini muncul dorongan untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang dinilai baik oleh orang lain. Remaja berperilaku bukan hanya untuk memenuhi kepuasan fisiknya, tapi psikologis (rasa puas adanya penerimaan dan penilaian positif dari orang lain tentang perbuatannya). Keragaman tingkat moral remaja disebabkan oleh faktor penentunya juga beragam. Salah satu faktor penentu atau yang mempengaruhi perkembangan moral remaja itu adalah orangtua.
Menurut (Adam dan Gullotta) dalam Chasiyah,dkk (2009:48) terdapat beberapa hasil penelitian yang menunjukkan bahwa orangtua mempengaruhi moral remaja, yaitu sebagai berikut:
1)   Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat moral remaja dengan tingkat moral orangtua.
2)   Ibu-ibu remaja yang tidak  nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam tahapan nalar moralnya daripada ibu-ibu yang anaknya nakal, dan remaja yang tidak nakal mempunyai skor yang lebih tinggi dalam kemampuan nalar moralnya daripada remaja yang nakal.
3)   Terdapat dua faktor yang meningkatkan perkembangan moral anak atau remaja, yaitu:
(a)      Orangtua yang mendorong anak untuk berdiskusi secara demokratik dan terbuka mengenal berbagai isu.
(b)     Orangtua yang menerapkan disiplin terhadap anak dengan teknik berfikir induktif.
f.         Perkembangan Kepribadian
Kepribadian merupakan sistem yang dinamis dari sifat, sikap, dan kebiasaan yang menghasilkan tingkat konsistensi respon individu yang beragam. Sifat-sifat kepribadian mencerminkan perkembangan fisik, seksual, emosional, sosial, kognitif, dan nila-nilai. Masa remaja merupakan saat berkembangannya identitty yaitu isu sentral pada masa remaja yang memberikan dasar bagi masa dewasa atau pembentukan jati diri. Dimana indentitas diri merujuk kepada “pengorganisasian atau pengaturan dorongan-dorongan, kemampuan-kemampuan, dan keyakinan-keyakinan ke dalam citra diri secara konsisiten yang meliputi: kemampuan memilih dan mengambil keputusan baik menyangkut pekerjaan, orientasi, seksual, dan filsafat hidup”. Apabila remaja gagal mengintegrasikan aspek-aspek dan pilihan atau merasa tidak mampu untuk memilih, maka dia akan mengalami kebingungan (confusion).             



             

BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Remaja menurut UU Perkawinan usia minimal untuk suatu perkawinan untuk putri 16 tahun dan putra 19 tahun. Ini merupakan masa dimana alat kelamin manusia mencapai kematangan. Masa ini dinamakan pubertas yang datangnya berbeda-beda tiap individu. Sedangkan ditinjau dari faktor psikologis, remaja yaitu suatu keadaan dimana kesadaran tentang pengetahuan dan perasaan manusia belum rapih sehingga belum berfungsi secara maksimal.
Remaja mempunyai karakteristik yang pasti dilalui oleh semua remaja.Karakteristik itu sendiri yaitu: perkembangan fisik, kognitif dan intelektual, emosi, sosial, moral, kepribadian. Pada masa ini terjadi pertubuhan fisik yang sangat pesat. Remaja secara mental telah dapat berfikir logis tentang berbagai gagasan yang absrak. Mencapai kematangan emosional merupakan tugas perkembangan yang sangat sulit bagi remaja. Kemampuan memahami orang lain telah terlatih, dan pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya baik melalui jalinan persahabatan maupun pencitraan atau pacaran
B.     Saran
Masih sangat kurang jika makalah ini dibandingkan dengan buku-buku yang membahas masalah masa remaja, tetapi setidaknya kami dapat memberikan pemikiran kami dalam makalah ini. Semoga sekiranya makalah ini dapat berkenan dan diterima oleh Bapak Budi selaku dosenpada khususnya dan pada umumnya untuk semua kalangan yang membutuhkan. Terimakasih atas dukungannya, dan kami harapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini kedepannya.








DAFTAR PUSTAKA

Chasiyah, chadidjah dan Edy Legowo. 2009. Perkembangan Peserta Didik. surakarta: Yuma Pustaka. 
Supriadi, O. 2010. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: PT. Kurnia Kalam Semesta Yogyakarta.

Comments

Popular posts from this blog

8 Wanita Mirip Barbie

Profil Negara Maju di Dunia

PROFIL STANZA BOY BAND